Onlinesingingshow – Perang suku tak berkesudahan berabad-abad lalu membuat para leluhur di Fakfak, Papua Barat, bersumpah untuk hidup damai. Mereka meninggalkan falsafah “Idu-idu maninina” dalam bahasa setempat, yang berarti “kami ingin damai”.
Sumpah itu melahirkan istilah “agama keluarga” yang sarat nilai toleransi. Istilah tersebut merujuk keadaan ketika dalam satu marga dan kerabat dekat terdapat sejumlah anggota keluarga yang menganut agama Islam atau Kristen Protestan atau Katolik LIVECHAT LGO4D.
Istilah “agama keluarga” itu pula yang mendorong pemerintah daerah menciptakan slogan “satu tungku tiga batu”, yang menurut antropolog, “melebihi toleransi” karena mampu melampaui batas-batas “kerangkeng agama”.
Sejumlah generasi muda pun mempertanyakan motif politik praktis yang mengatasnamakan agama,
Mereka beranggapan hal itu berpotensi menimbulkan konflik di Fakfak, Papua Barat, provinsi yang pernah meraih peringkat teratas dalam Indeks Kerukunan Umat Beragama versi Kementerian Agama pada 2019 silam.
Agama keluarga” masih hadir dalam ruang privat 144 marga di Fakfak. Salah satunya tercermin dalam kehidupan keluarga besar Eni Kapaur pada bulan Ramadan.
Rumah keluarga Kapaur yang terletak di Kampung Merapi menghadap jalan raya dan membelakangi laut. Bising kendaraan yang melintas dan suara deburan ombak pada sore kala itu bersua di rumah tersebut.
Eni, 44 tahun, tengah menjalani ibadah puasa. Di rumahnya, dia ditemani oleh dua kerabat dekatnya yang beragama Kristen Protestan LGO 4D.
Mereka tinggal di rumahnya selama masa yang disebut Eni sebagai “kepala puasa”, yakni tiga hari pertama pada bulan Ramadan.